BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun
2007). Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana,
kerentanan, dan kemampuan yang di picu oleh suatu kejadian.
Posisi geografis menyebabkan Indonesia
berada pada belahan bumi dengan iklim monsoon tropis yang sangat sensitif
terhadap anomali iklim El-Nino Southern Oscillation (ENSO). ENSO menyebabkan
terjadinya kekeringan apabila kondisi suhu permukaan laut di Pasifik Equator
bagian tengah hingga timur menghangat (El Nino).
Kekeringan adalah keadaan
kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan
(beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu
wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim
kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan
habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh
manusia.
Kekeringan dapat menjadi bencana alam
apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat
gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan
ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam
setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat
tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat di simpulkan rumusan masalah berikut dalam
penyusunan makalah ini adalah :
1. Apa
yang dimaksud dengan kekeringan ?
2. Apa
saja tanda-tanda kekeringan ?
3. Apa
saja faktor penyebab kekeringan ?
4. Bagaimana
dampak kekeringan baik fisik maupun non fisik ?
5. Bagaimana
usaha untuk mitigasi untuk menangani bencana kekeringan baik pra bencana saat
bencana dan pasca bencana ?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas dapat disimpulkan tujuan dalam penyususnan makalah ini
yaitu :
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan kekeringan.
2. Untuk
mengetahui tanda-tanda terjadinya kekeringan.
3. Untuk
mengetahui faktor penyebab kekeringan.
4. Untuk
mengetahui dampak kekeringan baik fisik maupun non fisik.
5. Untuk
mengetahui usaha mitigasi untuk menangani bencana kekeringan baik pra bencana,
saat terjadi bencana, dan pasca bencana.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kekeringan
Posisi
geografis menyebabkan Indonesia berada pada belahan bumi dengan iklim monsoon
tropis yang sangat sensitif terhadap anomali iklim El-Nino Southern Oscillation
(ENSO). ENSO menyebabkan terjadinya kekeringan apabila kondisi suhu permukaan
laut di Pasifik Equator bagian tengah hingga timur menghangat (El Nino).
Berdasarkan analisis iklim 30 tahun terakhir menunjukkan bahwa, ada
kecenderungan terbentuknya pola iklim baru yang menyebabkan terjadinya
perubahan iklim. Dampak terjadinya perubahan iklim terhadap sektor pertanian
adalah bergesernya awal musim kemarau yang menyebabkan berubahnya pola tanam
karena adanya kekeringan.
Kekeringan adalah keadaan
kekurangan pasokan air pada
suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga
bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara
terus-menerus mengalami curah
hujan di bawah rata-rata. Musim
kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan
karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi),
transpirasi,
ataupun penggunaan lain oleh manusia.
Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan
didefinisikan sebagai pengurangan persediaan air atau kelembaban yang bersifat
sementara secara signifikan di bawah normal atau volume yang diharapkan untuk
jangka waktu khusus. Dampak kekeringan muncul sebagai akibat dari kekurangannya
air, atau perbedaan-perbedaan antara permintaan dan persediaan air.
Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan
bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu:
1. Kekeringan meteorologis, berasal dari
kurangnya curah hujan dan didasarkan pada tingkat kekeringan relatif terhadap
tingkat kekeringan normal atau rata–rata dan lamanya periode kering.
Perbandingan ini haruslah bersifat khusus untuk daerah tertentu dan bisa diukur
pada musim harian dan bulanan, atau jumlah curah hujan skala waktu tahunan.
Kekurangan curah hujan sendiri, tidak selalu menciptakan bahaya kekeringan.
2. Kekeringan
hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumber–sumber air seperti
sungai, air tanah, danau dan tempat–tempat cadangan air. Definisinya mencangkup
data tentang ketersediaan dan tingkat penggunaan yang dikaitkan dengan kegiatan
wajar dari sistem yang dipasok (sistem domestik, industri, pertanian yang
menggunakan irigasi). Salah satu dampaknya adalah kompetisi antara pemakai air
dalam sistem–sistem penyimpanan air ini.
3. Kekeringan pertanian adalah dampak
dari kekeringan meteorologi dan hidrologi terhadap produksi tanaman pangan dan
ternak. Kekeringan ini terjadi ketika kelembapan tanah tidak mencukupi untuk
mempertahankan hasil dan pertumbuhan rata-rata tanaman. Kebutuhan air bagi
tanaman, bagaimanapun juga, tergantung pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan
dan sarana- sarana tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa
diukur karena rumitnya pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya faktor–faktor
lain yang bisa mengurangi hasil seperti hama, alang–alang, tingkat kesuburan
tanah yang rendah dan harga hasil tanaman yang rendah..
4. Kekeringan
sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan akan
barang–barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan diatas.
Ketika persediaan barang–barang seperti air, jerami atau jasa seperti energi
listrik tergantung pada cuaca, kekeringan bisa menyebabkan kekurangan. Konsep
kekeringan sosioekonomi mengenali hubungan antara kekeringan dan
aktivitas–aktivitas manusia. Sebagai contoh, praktek–praktek penggunaan lahan
yang jelek semakin memperburuk dampak–dampak dan kerentanan terhadap kekeringan
di masa mendatang.
B.
Tanda-Tanda
Umum Kekeringan
Gejala terjadinya kekeringan adalah
sebagai berikut:
1. Kekeringan
berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal dalam satu
musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi pertama adanya
bencana kekeringan.
2. Tahap
kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan
air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk,
danau dan air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya
kekeringan.
3. Kekeringan
pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air di
dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada
periode waktu tertentu pada wilayah yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi
kering dan mengering.
C.
Faktor
– Faktor Terjadinya Kekeringan
Faktor-faktor
penyebab terjadinya bencana kekeringan:
1. Lapisan
tanah tipis
Dengan
lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan
bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami
penguapan oleh panas matahari. Biasanya bencana kekeringan sering terjadi
di daerah pegunungan kars, karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas
yang tipis.
2. Air
tanah dalam
Air
hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam
lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan
intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan
jangka waktu yang lebih lama.Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di bawah
tanah (sungai bawah tanah) yang dalam, sehingga tanaman tidak mampu menyerap
air pada saat musim kemarau, karena akar yang dimiliki tidak
mampu menjangkaunya. Air tanah yang dalam menyebabkan sumber-sumber mata
air mengalami kekeringan di musim kemarau, karena air yang terdapat jauh di
bawah lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga kalaupun ada sumber mata
air yang tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau, itu jumlahnya
terbatas.
3. Tekstur
tanah kasar
Tekstur
tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lama.
Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena tanah
tidak mampu menahan laju air. Di lain sisi, air yang terkandung dalam
tanah yang memiliki tekstur yang kasar akan mengalami penguapan relatif lebih
cepat, karena rongga-rongga tanah jelas lebih lebar dan sangat mendukung
terjadinya proses penguapan.
4. Iklim
Dalam
hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan alam
yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang
terjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim.
Misalnya: Akibat
perubahan kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih
lama daripada musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama
tentunya akan memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan
air kurang terpenuhi di musim kemarau.
5. Vegetasi
Vegetasi
juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi
tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang
lebih banyak,daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras
kandungan air dalam tanah. Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon
banyak terjadi di daerah pegunungan karst yang rawan akan bencana
kekeringan. Vegetasi lain yang dapat memicu kekeringan adalah tanaman
bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat rumit, dan menutupi
permukaan tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu tumbuh. Sehingga
kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan demikian
tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air tidak ada atau terbatas
jumlahnya.
6. Topografi
Topografi
atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap kandungan air tanah
yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki kandungan air
tanah yang lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini
disebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah. Oleh karena itu air akan lebih banyak
terserap oleh tanah di dataran yang lebih rendah. Dengan kata lain.di dataran
tinggi kemungkinan terjadi bencana kekeringan lebih besar daripada di dataran
rendah. Karena dataran tinggi tidak mampu menyimpan air lebih lama.
D.
Dampak
Kekeringan
1. Fisik
a. Kerusakan
terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
b. Erosi-erosi
angin dan air terhadap tanah.
c. Kerusakan
spesies tanaman.
d. Pengaruh-pengaruh
terhadap kualitas air (salinisasi).
e. Pengaruh-pengaruh
terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya daya pandang).
f. Kekeringan
juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak, sehingga sulit untuk
dijadikan lahan pertanian.
g. Keadaan suhu
siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau menjadikan suhu udara
sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari suhu udara sangat dingin.
Perbedaan suhu udara yang berganti secara cepat antara siang dan malam
menyebabkan terjadinya pelapukan batuan lebih cepat.
2. Non
fisik
a. Ekonomi
1) Kerugian-kerugian
produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.
2) Kerugian
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
3) Kerugian
pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung.
4) Kerugian-kerugian
dari bisnis turisme dan rekreasi.
5) Kerugian pembangkit
listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energi.
6) Kerugian-kerugian
yang terkait dengan produksi pertanian.
7) Menurunya produksi
pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.
8) Pengangguran sebagai
akibat menurunnya produksi yang terkait dengan kekeringan.
9) Kerugian-kerugian
pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada lembaga-lembaga keuangan.
b. Sosial Budaya
1) Saat terjadi
kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah terbawa
angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga menimbulkan banyak gejala
penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Banyak orang yang akan sakit flu
dan batuk.
2) Pengaruh-pengaruh
kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).
3) Hilangnya nyawa
manusia karena kekurangan pangan atau kondisi- kondisi yang terkait dengan kekeringan.
4) Konflik di antara
penggunan air.
5) Masalah kesehatan
karena menurunnya pasokan air.
6) Ketidakadilan dalam
distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan bantuan pemulihan.
7) Menurunnya
kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.
8) Meningkatnya
kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.
9) Kekacauan social,
perselisihan sipil.
10) Pengangguran meningkat, karena yang
tadinya bertani kehilangan mata
pencaharian.
11) Migrasi penduduk untuk
mendapatkan pekerjaan atau bantuan pemulihan,banyaknya TKI (tenaga kerja
indonesia) yang memilih keluar negeri.
c. Politik
Pemerintah harus bekerja keras untuk
membuat kebijakan penanggulangan bencana kekeringan. Badan khusus
penanggulangan bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah dibentuk di
Indonesia yaitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
E.
Mitigasi
Bencana Kekeringan
Strategi Mitigasi dan Upaya
Pengurangan Bencana
1. Penyusunan
peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman data iklim dari
daerah ke pusat pengolahan data.
2. Penyusunan
PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air dengan memperhatikan
historical right dan azas keadilan.
3. Pembentukan
pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.
4. Penyediaan
anggaran khusus untuk pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada
daerah-daerah rawan kekeringan.
5. Pengembangan/perbaikan
jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan.
Jika
lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana kekeringan adalah sebagai berikut:
1. Pra
bencana
a. Memanfaatkan
sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
b. Memprioritaskan
pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku untuk air bersih.
c. Menanam pohon
dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada di lingkungan
tinggal kita.
d. Membuat
waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
e. Memperbanyak
resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester semen atau ubin
keramik.
f. Kampanye
hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air
g. Perlindungan
sumber-sumber air pengembangannya.
h. Panen
dan konservasi air
Panen air merupakan cara pengumpulan
atau penampungan air hujan atau air aliran permukaan pada saat curah hujan
tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan rendah. Panen air harus diikuti
dengan konservasi air, yakni menggunakan air yang sudah dipanen secara hemat
sesuai kebutuhan. Pembuatan rorak merupakan contoh tindakan panen air aliran
permukaan dan sekaligus juga tindakan konservasi air.
Daerah yang memerlukan panen air adalah
daerah yang mempunyai bulan kering (dengan curah hujan < 100 mm per bulan)
lebih dari empat bulan berturut-turut dan pada musim hujan curah hujannya
sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang berlebihan pada musim hujan
ditampung (dipanen) untuk digunakan pada musim kemarau. Penampungan atau 'panen
air' bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sehingga sebagian lahan
masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta mengurangi risiko erosi pada
musim hujan.
1)
Rorak
Rorak adalah lubang kecil berukuran
panjang/lebar 30-50 cm dengan kedalaman 30-80 cm, yang digunakan untuk
menampung sebagian air aliran permukaan. Air yang masuk ke dalam rorak akan
tergenang untuk sementara dan secara perlahan akan meresap ke dalam tanah,
sehingga pengisian pori tanah oleh air akan lebih tinggi dan aliran permukaan
dapat dikurangi.
Rorak cocok untuk daerah dengan tanah
berkadar liat tinggi-di mana daya serap atau infiltrasinya rendah—dan curah
hujan tinggi pada waktu yang pendek.
2) Saluran
buntu
Saluran buntu adalah bentuk lain dari
rorak dengan panjang beberapa meter (sehingga disebut sebagai saluran buntu).
Perlu diingat bahwa dalam pembuatan rorak atau saluran buntu, air tidak boleh
tergenang terlalu lama (berhari-hari) karena dapat menyebabkan terganggunya
pernapasan akar tanaman dan berkembangnya berbagai penyakit pada akar.
3) Lubang
penampungan air (catch pit)
Bibit yang baru dipindahkan dari polybag
ke kebun, seharusnya dihindarkan dari kekurangan air. Sistem 'catch pit'
merupakan lubang kecil untuk menampung air, sehingga kelembaban tanah di dalam
lubang dan di sekitar akar tanaman tetap tinggi. Lubang harus dijaga agar tidak
tergenang air selama berhari-hari karena akan menyebabkan kematian tanaman.
4) Embung
Embung adalah kolam buatan sebagai
penampung air hujan dan aliran permukaan. Embung sebaiknya dibuat pada suatu
cekungan di dalam daerah aliran sungai (DAS) mikro. Selama musim hujan, embung
akan terisi oleh air aliran permukaan dan rembesan air di dalam lapisan tanah
yang berasal dari tampungan mikro di bagian atas/hulunya. Air yang tertampung dapat
digunakan untuk menyiram tanaman, keperluan rumah tangga, dan minuman ternak
selama musim kemarau.
Embung cocok dibuat pada tanah yang
cukup tinggi kadar liatnya supaya peresapan air tidak terlalu besar. Pada tanah
yang peresapan airnya tinggi, seperti tanah berpasir, air akan banyak hilang
kecuali bila dinding dan dasar embung dilapisi plastik atau aspal. Cara ini
akan memerlukan biaya tinggi.
5) Bendungan
Kecil (cek dam)
Cek dam adalah bendungan pada sungai
kecil yang hanya dialiri air selama musim hujan, sedangkan pada musim kemarau
mengalami kekeringan. Aliran air dan sedimen dari sungai kecil tersebut
terkumpul di dalam cekdam, sehingga pada musim hujan permukaan air menjadi
lebih tinggi dan memudahkan pengalirannya ke lahan pertanian di sekitarnya. Pada
musim kemarau diharapkan masih ada genangan air untuk tanaman, air minum
ternak, dan berbagai keperluan lainnya.
6) Panen
air hujan dari atap rumah
Air hujan dari atap rumah dapat
ditampung di dalam bak atau tangki untuk dimanfaatkan selama musim kemarau
untuk mencuci, mandi, dan menyiram tanaman. Untuk minum sebaiknya digunakan air
dari mata air karena pada awal musim hujan, air hujan mengandung debu yang
cukup tinggi.
Antisipasi penanggulangan kekeringan
dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi yaitu perencanaan jangka pendek
dan perencanaan jangka panjang.
a) Perencanaan
jangka pendek (satu tahun musim kering):
·
Penetapan
prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan.
·
Penyesuaian
rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan.
·
Pengaturan
operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang mempunyai waduk.
·
Perbaikan sarana
dan prasarana pengairan.
·
Penyuluhan/sosialisasi
kemungkinan terjadinya kekeringan dan dampaknya.
·
Penyiapan
cadangan pangan.
·
Penyiapan
lapangan kerja sementara (padat karya) untuk meringankan dampak.
·
Persiapan tindak
darurat.
·
Pembuatan sumur
pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
·
Penyediaan air
minum dengan mobil tangki.
·
Penyemaian hujan
buatan di daerah tangkapan hujan.
·
Penyediaan pompa
air.
b. Sedangkan
perencanaan jangka panjang meliputi antara lain:
·
Pelaksanaan
reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan tangkapan di hulu.
·
Pembangunan
prasarana pengairan (waduk, situ, embung).
·
Pengelolaan
retensi alamiah (tempat penampungan air sementara) di wilayah sungai.
·
Penggunaan air
secara hemat.
·
Penciptaan alat
sanitasi hemat air.
·
Pembangunan
prasarana daur ulang air.
·
Penertiban pengguna
air tanpa ijin dan yang tidak taat aturan.
2. Saat
terjadi Bencana
Sasaran penanggulangan kekeringan
ditujukan kepada ketersediaan air dan dampak yang ditimbulkan akibat
kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan air dapat dilakukan melalui:
·
Pembuatan sumur
pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
·
Penyediaan air
minum dengan mobil tangki.
·
Penyemaian hujan
buatan di daerah tangkapan hujan.
·
Penyediaan pompa
air.
·
Pengaturan
pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring).
Untuk
penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor terkait antara
lain dengan upaya:
a. Dampak
Sosial:
ü Penyelesaian
konflik antar pengguna air.
ü Pengalokasian
program padat karya di daerah-daerah yang mengalami kekeringan.
b. Dampak
Ekonomi:
ü Peningkatan
cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk baru, optimalisasi fungsi embung,
situ, penghijauan daerah tangkapan air, penghentian perusakan hutan, dll.
ü Peningkatan
efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air, daur ulang pemakaian air.
ü Mempertahankan
produksi pertanian, peternakan, perikanan, dan kayu/ hutan melalui
diversifikasi usaha.
ü Meningkatkan
pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian melalui perbaikan sistem
pemasaran.
c. Dampak
Keamanan:
ü Mengurangi
kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.
ü Mencegah
kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam penggunaan api.
d. Dampak
Lingkungan:
ü Mengurangi
erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering).
ü Mengurangi
beban limbah sebelum dibuang kesumber air.
ü Membangun
waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada musim kemarau.
ü Mempertahankan
kualitas udara (debu, asap, dll) melalui pencegahan pencemaran udara dengan
tidak melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan kebakaran yang menimbulkan
terjadinya pencemaran udara.
ü Mencegah
atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan dengan cara tanpa
pembakaran.
3. Pasca
Bencana
Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan
jangka pendek maupun jangka panjang akibat bencana kekeringan antara lain:
§ Bantuan
sarana produksi pertanian.
§ Bantuan
modal kerja.
§ Bantuan
pangan dan pelayanan medis.
§ Pembangunan
prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa, dll.
§ Penggunaan
air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
§ Penciptaan
alat-alat sanitasi yang hemat air.
Kejadian kekeringan mempengaruhi sistem
sosial, disamping sistem fisik dan sistem lingkungan, sehingga manajemen
kekeringan merupakan suatu tanggung jawab sosial, yang pada dasarnya
terarah pada upaya pasokan air dan mengurangi/meminimalkan dampak (Yevjevich-1978).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekeringan
merupakan suatu peristiwa atau suatu rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
aktivitas alam tetapi aktivitas alam ini sangat menggangu dan merugikan banyak
aspek seperti aspek fisik dan non fisik (sosial budaya, ekonomi, politit).
kerugian fisik yang di timbulkan misalnya terutama rusaknya tanaman petani yang
menggakibatkan gagal panen dan kelaparan, selain itu kerugian fisik selalu
menggarah pada manusia karena kekeringan menyebabkan kekurangan air bersih yang
memaksa orang untuk mengkonsumsi air yang tidak sehat, bahkan banyak hewan,
tanaman dan manusia mati karena kekurang air yang sangat di butuhkan untuk
bertahan hidup. Kerugian non fisik yaitu terjadi kerugian terhadap pemasukan
negara dan ekonomi.
Upaya
yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana kekeringan sebelum terjadi
dilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi di masyarakat akan bahaya
kekeringan yang tejadi apabila masyarakat menggunakan air berlebihan diluar
batas kebutuhan.
B.
Saran
Bagi masyatrakat hendaknya menggunakan air dengan
baik, jangan terlalu berlebihan dalam menggunakan air kerena bisa meyebabkan
kekuranagan air. Gunakanlah air secukupnya atau sesuai kebutuhan. Menurut
keagamaan kekeringan itu di sebabkan oleh tingkah laku manusia sendiri yang
terlalu serakah serta faktor kemaksiatan yang merajalela.
keren artikelnya lengkap dan bermanfaat :D
BalasHapusBagus artikelnya dan bermanfaat banget ...
BalasHapusMantap mbak'e
BalasHapusMembantu banget artikelnya min
BalasHapusSangat Bermanfaat artikelnya...
BalasHapuskeren.......
BalasHapuskunjungi juga blogku yah dewiyuleha8.blogspot.com
makasih min, bermanfaat buat tugas..
BalasHapusBagus artikelnya neng evi :D
BalasHapuscontoh makalah terbaru 2016
BalasHapushttp://nurhapsaricontoh-contoh.blogspot.co.id/
BEST!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusArtikelnya lengkap nice good
BalasHapusKeren artikelnya
BalasHapus